Selasa, 31 Agustus 2010

Senin, 14 Juni 2010

Dari Bellah menuju Lokon

Terus terang, saya sungguh bangga dilahirkan di pedalaman Bellah, Kabupaten Mimika, Papua pada tanggal 25 Juni 1992. Lebih bangga lagi saya mempunyai ibu yang bernama Julibeta Balinol dan ayah yang bernama Samuel Amisim. Saya anak ketiga. Saya hidup di keluarga yang memeluk agama Kristen Protestan. Nama saya Konianus Amisim. Sehari-hari teman saya memanggil saya, Konny.

Ketika saya masih berusia 6 tahun, di kampung saya di Bellah terjadi perang antara OPM dengan tentara Indonesia. Saya masih ingat suasana saat itu sangat mencekam. Di sana-sani tampak berantakan. Tidak sedikit banyak korban dari kedua belah pihak. Perang ini bergejolak selama satu tahun, yaitu tahun 1997. Tidak hanya itu, perang ternyata meluas sampai di kampung Alamah yang jarak tempuh dari Bellah selama 3 hari.

Karena keamanan kurang terjamin di kampung kelahiran saya maka, orang tua mengungsikan saya dan kakak saya menuju ke kota Timik dengan pesawat Helikopter pemerintah sekitar 1 jam lamanya.

Kehidupan baru di kota Timika, Kabupaten Mimika mulai saya jalani bersama kakak-kakak saya dan orang tua saya. Saya kemudian sekolah di SD Inpres Mimika 9 pada tahun 1999. Tahun 2005 saya tamat dari SD. Lalu, saya n melanjutkan ke SMP N 3, di daerah SP 5, Timika.

Ada pengalaman yang membuat saya trauma dan sedih. Ketika saya duduk di kelas 3 SMP, terjadi peperangan antar suku Dani dan Damal di Koamkilama. Perang suku ini berkobar begitu hebat sehingga saya pindah sekolah dan tidak bisa menamatkan di SMP itu.

Karena Susana perang itu, saya pindah sekolah di SMP Negeri Agimuga, sebelah Barat Timika. Jarak Timika ke Agimuga dua hari perjalanan pakai “Jonson” atau perhau bermotor. Saya ingat waktu itu kami pindah bersama dengan teman-teman saya yang berjumlah 15 orang. Saya ingat dua nama yang sekarang sama –sama sekolah di SMA Lokon St. Nikolaus, Tomohon, Sulawesi Utara. Yaitu Editha Degin, Izak Masawarol. Di SMP Negeri Agimuga, saya lulus mengikuti ujian nasional pada tahun 2008.

Pada waktu saya tinggal di Agimuga inilah saya mendengar berita tentang tes penerimaan bagi mereka yang mau melanjutkan studi di ke SMA atau Perguruan Tinggi, yang diselenggarakan oleh LPMAK. Oleh karena itu, saya lalu turun ke Timika untuk mengikuti tes di LPMAK dan akhirnya saya dinyatakan lulus tes masuk SMA Lokon St. Nikolaus Tomohon, Sulawesi Utara. Betapa senang saya diterima di SMA Lokon itu meski saya tidak mempunyai bayangan sedikitpun tentang situasi dan kondisi sekolah.

Sebanyak 25 orang siswa berhasil tembus masuk SMA Lokon. Sesampainya di Lokon, baru saya tahu bahwa sekolah itu memiliki fasilitas yang lengkap terutama memiliki banyak laboratorium. Saya berkenalan dengan banyak teman-teman dari berbagai tempat seperti Jawa, Kalimantan, Makasar, Maluku, Palu, Tahuna, dan Manado serta Tomohon. Kesan saya sekolah ini memang menganut multi ras, multi agama dan budaya. Suasana ini sungguh mengasyikkan bagi saya dalam beradaptasi dengan lingkungan sekolah.

Di SMA Lokon ini kami belajar di kelas matrikulasi. Satu per satu, teman saya meninggalkan SMA Lokon karena “tidak bisa bertahan” hidup di asrama dan sekolah dan pulang kembali ke Papua. Akhirnya tersisa 19 siswa yang masih bertahan di SMA lokon ini sampai saat ini. Saya dengan teman-teman yang ada ini tidak ingat mau pulang ke Papua kecuali karena sakit atau halangan lainnya. Siswa-siswa yang bersekolah di SMA Lokon ini datang dari berbagai suku daerah se-Indonesia. Tanpa terasa saya telah menyelesaikan kelas matrikulasi dalam waktu 10 bulan. Sebanyak 15 siswa lulus mengikuti program matrikulasi . Hanya berkat kasih karunia Allah kami sekarang duduk di kelas XI SMA Lokon, sekolah yang menerapkan kurikulum berbasis kehidupan. Di sekolah ini ditanamkan nilai-nilai kehidupan seperti rajin belajar , rajin bekerja, rendah hati, berpikir positif, takut akan Tuhan.

HIDUP MAKIN “YES” SETELAH MENGIKUTI MATRIKULASI

Matrikulasi merupakan program yang dirancang oleh LPMAK dengan tujuan memberikan bekal kemampuan akademik dan non akademik untuk persiapan masuk kuliah. Setelah saya mengikuti program matrikulasi ini selama setahun, saya merasakan perubahan besar dalam diri saya, baik dalam hal akademik maupun hidup sehari-hari. Perubahan ini terjadi karena selama mengikuti program matrikulasi saya mendapatkan banyak sekali pengetahuan (Ekonomi, Bhs Inggris) dan ketrampilan praktis (public speaking, memimpin, menyanyi) yang selama ini belum diperoleh sepenuhnya sewaktu menerima pendidikan di Timika.

Dalam program matrikulasi ini secara intensif saya mendapatkan berbagai materi pelajaran. Selain Itu saya juga memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru berkaitan dengan cara hidup sebagai pelajar dan masyarakat pada umumnya. Pengetahuan dan ketrampilan baru itu saya temukan dalam mata pelajaran yang bersifat life skill. Saya merasa dibantu untuk mengetahui cara hidup yang baik dan melakukan kegiatan belajar maupun bekerja secara efektif. Keberanian saya dilatih supaya ketika saya lanjut ke perguruan tinggi, saya merasa tidak canggung lagi serta berani tampil di depan umum.

Pengalaman yang saya dapat selama saya mengikuti program matrikulasi di SMA Lokon St. Nikolaus Manado, menjadi modal bagi saya untuk nantinya siap belajar di perguruan tinggi. Program kelas matrikulasi saya rasakan sangat membantu, sebab apabila saya langsung masuk ke program kelas regular, maka saya akan mengalami kesulitan dalam menyerap materi –materi pelajaran yang diberikan dan tidak mampu bersaing dengan teman-teman yang ada di SMA Lokon. Teman-teman yang berasal dari luar Timika sebelumnya telah mendapat dasar pendidikan yang lebih bermutu daripada di Timika.

Proses pembelajaran di Timika sangat kurang meemadai sebab para guru yang mengajar di SD, SMP maupun SMA jarang masuk. Biasanya para guru dalam sebulan hanya 2 minggu mengajar. Ini terjadi terutama di desa-desa atau kelurahan di berbagai kabupaten. Hal yang sama pula juga terjadi pusat kota Timika Papua. Yang lebih memprihatinkan lagi, para guru yang mengajar di pedalaman-pedalaman atau daerah-daerah terpencil. Siswa Timika tidak mendapat materi pelajaran yang setara dengan siswa yang dari luar Timika. Hal inilah yang mendorong saya belajar sekuat tenaga di saat mengikuti program kelas matrikulasi di SMA Lokon St. Nikolau. Saya berusaha keras hingga akhirnya saya dapat lulus program matrikulasi dan sekarang saya duduk di kelas XI SMA.

Belajar dari pengalaman, menurut saya program matrikulasi sangat penting bagi teman-teman pelajar yang berasal dari kabupaten Mimika, terutama teman-teman dari pedalaman Timika dalam mempersiapkan diri nantinya mengikuti proses belajar di kelas regular SMA atau perguruan tinggi.

Saya punya pesan untuk teman-teman yang akan belajar di SMA atau di perguruan tinggi sebaiknya teman-teman mengikuti program matrikulasi agar dapat mempersiapkan diri melanjutkan studi di perguruan tinggi .Siapkankanlah mental yang baik dan belajarlah berpikir dewasa . Janganlah teman-teman berpikir bahwa program ini akan menghambat studi, melainkan program ini akan membekali teman-teman dengan ketrampilan dasar dan melatih kebiasaan hidup yang baik. Siapkan pikiran yang jernih dan hati yang terbuka. Teman-teman akan belajar tentang mengubah cara berpikir dan sikap yang positif. Kejujuran juga sangat penting. Teman-teman perlu menyiapkan semangat yang kuat sebab tidak mudah mengikuti program ini. Pengalaman menunjukkan ada teman yang tidak lulus program sehingga harus pulang ke Timika. Tapi janganlah pesimis. Jadilah optimis. Dan kerjakan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh, sisanya biarlah Tuhan yang menyelesaikannya. Selamat belajar. Amin.